#SobatTOSS pasti sudah tidak asing dengan informasi mengenai larangan merokok di sekitar sobat! tahukah sobat bahwa merokok adalah salah satu faktor risiko Tuberkulosis (TBC)? Yup betul sekali! Merokok secara aktif maupun pasif membuat seseorang lebih rentan terkena TBC. Berdasarkan Global TB Report 2023, merokok menjadi faktor risiko kedua TBC di Indonesia setelah malnutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang merokok memiliki risiko 73 persen lebih tinggi terinfeksi TBC dan berpotensi lebih dari dua kali lipat untuk mengembangkan TBC aktif dibandingkan orang yang tidak merokok. Asap rokok dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh terutama pertahanan di saluran pernapasan sehingga lebih mudah terinfeksi bakteri penyebab TBC.
Merokok juga dapat memicu TBC laten menjadi TBC aktif. TBC laten merupakan kondisi tubuh yang sudah mengidap bakteri Mycobacterium tuberculosis namun dalam keadaan dormant/tidak aktif, tidak menimbulkan gejala, dan tidak menular. TBC laten ini bisa berubah menjadi TBC aktif, yaitu kondisi yang membuat penyakit ini bisa menular dan membuat seseorang menjadi sakit TBC dengan gejala seperti batuk terus-menerus, nyeri dada, penurunan berat badan, kelelahan, demam, berkeringat di malam hari tanpa adanya aktivitas, hingga batuk berdarah.
Kalau sudah terlanjur merokok, bagaimana cara berhentinya?
Berhenti merokok bisa menjadi hal yang sulit bagi sebagian orang karena merokok sudah menjadi suatu kebiasaan yang dibentuk dalam waktu lama. Selain itu terdapat beberapa gejala yang dapat muncul dalam upaya berhenti merokok. Tapi, jangan khawatir Sobat. Gejala/keluhan berhenti merokok dapat diatasi. Berikut adalah gejala yang dapat muncul saat berhenti merokok dan cara mengatasinya:
Gejala berhenti merokok | Cara mengatasinya |
Gelisah | – Olahraga – Melakukan hobi atau mencoba hal-hal baru seperti memasak, bekebun, otomotif, menggambar, belajar seputar teknologi terbaru, dll – Mencari dukungan orang terdekat – Berhenti sejenak lalu ambil napas dalam lalu hembuskan, ulangi beberapa kali – Konsumsi permen karet bebas gula |
Insomnisa atau gangguan tidur | – Hindari konsumsi kafein (kopi, teh, dll) di sore dan malam hari – Olahraga secara teratur – Membiasakan tidur dan bangun di waktu yang sama – Hanya menggunakan tempat tidur untuk tidur (tidak untuk bekerja, bermain handphone, dll) – Matikan lampu atau batasi penerangan di kamar tidur – Jangan makan atau minum dalam jumlah besar sesaat sebelum tidur |
Rasa lapar berlebih | – Makan banyak buah dan sayur – Olahraga secara teratur – Hindari makanan atau minuman berkalori tinggi – Sedia permen karet bebas gula – Minum lebih banyak air putih |
Apabila sobat sudah mencoba beberapa cara diatas namun tidak berhasil, sobat dapat mengkonsultasikannya ke dokter di fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Itulah penjelasan mengenai hubungan antara TBC dan merokok serta beberapa upaya untuk berhenti merokok. Dengan informasi diatas Admin harap sobat dapat menjauhi dan berhenti merokok demi kesehatan sobat dan orang-orang yang sobat sayangi.
Salam sehat!
Tim Penulis :
- Nindya Yulianti, S.Ked
- dr. Hashfi Khairuddin
Editor: Windy Oktavina, Dinda Anisa Rakhmawulan, Farah Alphi Nabila
Referensi :
- WHO. (2018). Smoking and tuberculosis: a dangerous combination
- Burusie Abay, Enquesilassie Fikre, Addissie Adamu, et al. (2020). Effect of smoking on tuberculosis treatment outcomes: A systematic review and meta-analysis. Diakses pada 30 Oktober 2022 di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7498109/
- CDC. A Practical Guide to Help Your Patients Quit Using Tobacco. Diakses pada 30 Oktober 2022 di https://www.cdc.gov/tobacco/patient-care/pdfs/hcp-conversation-guide.pdf