share

Semarakkan Hari Anak Nasional 2024, Masyarakat Harus Pahami Karakteristik TBC

Semarakkan Hari Anak Nasional 2024, Masyarakat Harus Pahami Karakteristik TBC

Semarakkan Hari Anak Nasional 2024, Masyarakat Harus Pahami Karakteristik TBC

Semarakkan Hari Anak Nasional 2024, Masyarakat Harus Pahami Karakteristik TBC

Bandung, 2 Agustus 2024

Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis dan Hari Anak Nasional 2024, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bekerja sama dengan Indonesia Muda Untuk Tuberkulosis dan Otsuka Group menyelenggarakan kampanye TBC yang menyasar anak-anak dan pemuda.

Kampanye ini bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait segala hal tentang TBC melalui penyebaran informasi dan deteksi dini kasus. Hal ini sejalan dengan target eliminasi TBC di Indonesia pada 2030 dengan memperkuat kapasitas dan peran berbagai pihak dalam program pencegahan dan pengendalian TBC pada anak.

TBC masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan WHO Global Tuberculosis Report 2023, terdapat 10,6 juta orang di dunia yang jatuh sakit karena TBC dan sebanyak 1,3 juta orang meninggal karena TBC.

Indonesia termasuk delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC di seluruh dunia. Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan 1.060.000 kasus baru dan 134.000 kematian setiap tahunnya, atau setara dengan 15 kematian setiap jam.

Dari estimasi tersebut, berdasarkan data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) pada 2023, sebanyak 821.200 kasus TBC (77% dari target) telah ternotifikasi dan angka kasus TBC yang diobati mencapai 86% (target 90%).

Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Yudhi Pramono, MARS mengatakan, anak-anak lebih rentan terhadap TBC karena perkembangan tubuhnya yang belum sempurna. Beberapa kelompok anak yang berisiko tinggi terinfeksi bakteri TBC, yaitu:

1) Anak di bawah usia 5 tahun. Anak di bawah usia 5 tahun memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum matang sehingga bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang telah ada dalam tubuh mudah teraktivasi;

2) Anak dengan HIV. Bakteri TBC mudah teraktivasi ketika sistem kekebalan tubuh mulai melemah karena infeksi virus HIV;

3) Anak dengan gizi buruk. Gizi buruk pada anak menurunkan daya tahan tubuh anak terhadap infeksi, termasuk TBC;

4) Anak yang kontak serumah dan erat dengan pasien TBC. Anak yang kontak dengan pasien TBC memiliki risiko terinfeksi bakteri TBC. Risiko ini akan semakin meningkat jika kontak adalah ibu atau pengasuh anak tersebut.

“Peringatan Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli merupakan momentum untuk mendorong lebih banyak lagi populasi anak yang dapat terpapar tentang informasi dan layanan TBC, serta mendorong untuk peningkatan upaya pencegahan dan pengobatan TBC di masyarakat,” ujar dr. Yudhi di Bandung, Jumat (2/8).

Peluncuran Portable X-Ray

Pada salah satu sesi dalam rangkaian Hari Anak Nasional 2024, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meluncurkan penggunaan alat Portable X-Ray yang dapat dimanfaatkan untuk skrining TBC, khususnya dalam upaya mencapai target penemuan kasus dan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Indonesia sudah memiliki 25 unit Portable X-Ray untuk didistribusikan ke 15 kabupaten/kota di 9 provinsi prioritas percepatan eliminasi TBC 2030. Alat tersebut didistribusikan ke wilayah prioritas dengan kasus TBC tinggi seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Maluku.

Setelah peluncuran di Bandung, diharapkan wilayah lain yang mendapatkan Portable X-Ray dapat melakukan Active Case Finding mulai Agustus 2024.

Kegiatan skrining TBC sangat penting dilakukan untuk mendeteksi dini dan mengelola kasus TBC serta infeksi laten TBC secara efektif. Dalam acara ini skrining TBC diintegrasikan dengan skrining kanker paru menggunakan alat Portable X-ray. Metode skrining yang digunakan adalah metode paralel, yaitu skrining gejala TBC dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi toraks.

Skrining gejala TBC dilakukan melalui wawancara menggunakan formulir skrining gejala TBC oleh petugas kesehatan puskesmas. Selanjutnya, pemeriksaan radiografi toraks dilakukan oleh radiografer menggunakan alat Portable X-Ray.

Deklarasi Komitmen Penanggulangan TBC di Tempat Kerja

Pada kegiatan ini juga dideklarasikan komitmen dari 23 perusahaan dalam menanggulangi tuberkulosis dengan melaksanakan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 13 tahun 2022 tentang Penanggulangan Tuberkulosis di Tempat Kerja. Dalam deklarasi ini perusahaan-perusahaan tersebut berkomitmen untuk:

  1. Mengupayakan dukungan rehabilitasi dan program kembali bekerja pada pekerja yang sakit Tuberkulosis sesuai dengan rekomendasi dokter.
  2. Melakukan penyusunan kebijakan penanggulangan Tuberkulosis di tempat kerja
  3. Melaksanakan sosialisasi, penyebaran informasi, dan edukasi terkait pencegahan Tuberkulosis di tempat kerja
  4. Melakukan upaya penemuan kasus Tuberkulosis melalui skrining Tuberkulosis pada saat penerimaan pekerja baru dan pemeriksaan kesehatan berkala, serta pelacakan kontak (tracing) pada kontak erat Tuberkulosis di tempat kerja.
  5. Memastikan akses terhadap pengobatan yang sesuai dengan pedoman nasional dan dukungan terhadap pekerja yang menjalani pengobatan Tuberkulosis, serta melakukan notifikasi kasus Tuberkulosis ke program nasional Tuberkulosis.
  6. Mengupayakan penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap pekerja yang sakit tuberkulosis.

Kampanye TBC ini merupakan inisiatif penting untuk menggalang dukungan dari berbagai pihak dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia. Berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) akan menyatakan komitmen mereka untuk mendukung program-program pemerintah untuk mengeliminasi TBC.

Kampanye TBC berlangsung di Gedung Sate, Kota Bandung selama 3 hari, mulai Jumat (2/8) hingga Minggu (4/8). Salah satu kegiatan utama kampanye TBC adalah pameran dan talkshow edukasi TBC untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai TBC.

Setiap harinya, ada satu talkshow dengan tema yang berbeda-beda. Fokus utama dari
talkshow ini adalah menjelaskan pentingnya deteksi dini, pencegahan serta peran
keluarga dan komunitas dalam upaya penanggulangan penyakit TBC.

Selain talkshow, kampanye ini juga diisi dengan pameran dan permainan (games) edukatif tentang TBC. Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang TBC melalui pendekatan yang interaktif dan menyenangkan.

Dengan memanfaatkan permainan (games), acara ini bertujuan menarik partisipasi aktif dari berbagai kalangan masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, serta memberikan informasi yang mudah dipahami dan diingat.

Editor: Sarah Nadhila Rahma, Dinda Anisa Rakhmawulan, Farah Alphi Nabila

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content