(Jakarta, 17/03/23) Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan secara global dan di Indonesia. Berdasarkan WHO Global TB Report 2022, estimasi terdapat 969.000 kasus TBC di Indonesia, namun per Desember 2022 hanya 72% kasus TBC yang ternotifikasi ke sistem informasi TBC nasional. Pencatatan pelaporan dari pasien yang sudah terdiagnosa serta pasien yang sedang menjalani masih lemah. Hal tersebut terjadi terutama di fasyankes swasta serta RS dikarenakan banyak nya SDM yang belum dilatih P2TBC. Selain itu tingginya mutasi (turn over) tenaga pengelola program TBC di seluruh tingkatan administrasi sehingga banyak SDM terlatih yang dipindah tugaskan dari program TBC dan SDM baru yang belum dilatih meningkat.
Keterlibatan sektor swasta menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi pengendalian TBC di Indonesia. Meskipun 74% pasien memilih penyedia layanan swasta sebagai pilihan pertama mereka dalam mencari perawatan, hingga saat ini sektor swasta baru melaporkan 18% dari semua kasus temuan TBC di negara ini. Untuk meningkatan keterlibatan sektor swasta dalam diagnosis, notifikasi, dan pengobatan TBC dibutuhkan perubahan dalam praktiknya pada saat ini.
Berdasarkan hal tersebut, pelibatan serta peningkatan kualitas dari fasilitas pelayanan kesehatan swasta sangat diperlukan untuk mendukung eliminasi TBC 2030. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Tim Kerja TBC, Kementerian Kesehatan dan USAID Tuberculosis in the Private Sector (TBPS) adalah menyiapkan Pelatihan Jarak Jauh Daring Penuh Penanggulangan Tuberkulosis bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Swasta (e-Learning for private health workers in TB Program) dan diperuntukan untuk dokter, perawat, petugas laboratorium, dan tenaga kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan swasta dan bersertifikat.
Inovasi metode pelatihan secara online ini dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan semua fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal penatalaksanaan yaitu penegakkan diagnosa, pengobatan kasus TBC hingga sembuh, dan pelaporan secara rutin. Pelatihan secara online atau e-Learning dapat menjangkau peserta yang lebih banyak dengan jangkauan geografis yang lebih luas dibandingkan dengan metode pelatihan konvensional, serta dapat menyediakan model pelatihan yang lebih fleksibel dalam segi waktu karena sistem e-Learning dapat diakses kapanpun. Selain itu dalam segi anggaran juga lebih efisien karena tidak memerlukan biaya transport untuk datang ke tempat pelatihan.
E-learning tuberkulosis ini menjadi wadah yang pertama kalinya dikembangkan di Indonesia dan menjadi pembelajaran daring penuh (full online) pertama yang diintegrasikan dengan Plataran Sehat (Platform Pembelajaran Digital) Kemenkes RI. E-learning ini merupakan salah satu cara yang sangat penting untuk memastikan seluruh tenaga kesehatan swasta di Indonesia mendapatkan akses ke pelatihan tuberkulosis yang terakreditasi secara merata.
Peluncuran e-learning ini dihadiri secara langsung oleh Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, Wakil Direktur untuk Penyakit Menular dari USAID Indonesia, David Stanton, Ketua KOPI TB, Dr. Dr. Erlina Burhan, M.Sc., Sp.P(K), perwakilan dari Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan, Digital Transformation Office, Balai Besar Pelatihan Kesehatan, Balai Pelatihan Kesehatan, dan mitra lainnya.
Dalam laporan kegiatan Direktur P2PM, Bapak dr. Imran Pambudi, MPHM, disampaikan bahwa Pelatihan yang diluncurkan merupakan pelatihan daring jarak jauh tanpa tutor dengan total modul pelatihan adalah 31 modul, berbentuk modul interaktif sehingga diharapkan para peserta dapat antusias dalam belajar secara mandiri.
Sasaran pelatihan ini adalah tenaga kesehatan profesi terkait di fasilitas kesehatan swasta. Pelaksanaan akan dilakukan secara bertahap.
a. Tahap awal akan dilaksanakan di 6 kab/kota wilayah binaan USAID TBPS dengan jumlah target saaran faskes sebanyak 282 RS Swasta dan 686 Klinik/DPM, dengan estimasi jumlah tenaga kesehatan yang akan mengikuti sejumlah 2.441 tenaga kesehatan.
b. Tahap selanjutnya yaitu di 80 Kab/Kota wilayah Public-Private Mix dengan jumlah estimasi target sasaran faskes sebanyak 1.252 RS Swasta dan 6.561 Klinik Swasta/Dokter Praktek Mandiri sehingga diperkirakan jumlah target sasaran nakes sebesar 17.101 tenaga kesehatan
c. Harapan selanjutnya dapat dilaksanakan di seluruh faskes swasta di seluruh Indonesia dengan jumlah estimasi target sasaran faskes sebanyak 1.256 RS Swasta dan 7.232 Klinik Swasta/DPM dengan total target sasaran 19.488 tenaga kesehatan.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal P2P Kemenkes RI, Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, menyampaikan bahwa salah satu strategi untuk melaksanakan program TBC yang berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu dengan meningkatkan mutu, profesionalisme dan kompetensi tenaga kesehatan, diantaranya melalui pendidikan dan pelatihan, dan pembinaan yang intensif. Pelatihan secara online atau e-Learning dapat menjangkau peserta yang lebih banyak dengan jangkauan geografis yang lebih luas dibandingkan dengan metode pelatihan konvensional, serta dapat menyediakan model pelatihan yang lebih fleksibel dalam segi waktu karena sistem e-Learning dapat diakses kapanpun. Selain itu dalam segi anggaran juga lebih efisien karena tidak memerlukan biaya transport untuk datang ke tempat pelatihan.
Setelah melaksanakan pelatihan ini diharapkan para tenaga kesehatan, khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan swasta, dapat lebih percaya diri dan meningkatkan kontribusinya dalam penemuan kasus, diagnosis, pengobatan, serta pelaporan pasien TBC.
Pelatihan e-learning ini tersedia untuk tenaga kesehatan dokter, perawat, tenaga kefarmasian, dan ahli teknologi laboratorium medik dan dapat diakses melalui https://lms.kemkes.go.id/.
Editor: Windy Oktavina, Dinda Anisa Rakhmawulan, Farah Alphi Nabila