share

Lokakarya Coaching Tuberkulosis Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Mewujudkan Layanan TBC Berkualitas dan Terstandar

Lokakarya Coaching Tuberkulosis Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Mewujudkan Layanan TBC Berkualitas dan Terstandar

Lokakarya Coaching Tuberkulosis Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Mewujudkan Layanan TBC Berkualitas dan Terstandar

Lokakarya Coaching Tuberkulosis Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Mewujudkan Layanan TBC Berkualitas dan Terstandar

Pada tahun 2022 telah dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Kementerian Kesehatan RI dan Enam Jaringan Rumah Sakit Swasta Besar (Big Chain Hospitals) untuk mendukung program Penanggulangan TBC di Indonesia, salah satunya dengan PT. Siloam International Hospitals, Tbk.

Sebagai tindak lanjut dari perjanjian kerja sama tersebut, khususnya dalam hal peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam program TBC, Siloam Hospitals Group bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, USAID TBPS, dan Koalisi Organisasi Profesi dalam Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB) menginisiasi kegiatan Lokakarya Coaching Tuberkulosis yang diselenggarakan pada Selasa, (18/4) di Auditorium Siloam Hospitals. Kegiatan ini masih dalam rangka peringatan Hari TB Sedunia dan selaras dengan subtema HTBS nasional, yaitu mewujudkan tenaga kesehatan berkualitas untuk Indonesia Bebas TBC. Hadir juga secara luring Direktur P2PM dr. Imran Pambudi., M.P.H.M mewakili Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes.

Pencapaian Eliminasi Tuberkulosis (TBC) tahun 2030 adalah tantangan bagi kita di Indonesia dan bagi masyarakat dunia. Diperkirakan ada 969.000 kasus baru TBC di Indonesia. Kasus TBC yang berhasil ditemukan dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional pada tahun 2022 sebesar 75%, angka tersebut merupakan capaian yang baik bagi Indonesia. Harapannya, capaian tersebut bisa terus meningkat. Pelaporan ini sangat penting agar dapat diketahui dengan pasti berapa jumlah kasus TBC yang belum ditemukan supaya dapat dilakukan upaya yang lebih intensif. Dengan demikian, lebih banyak kasus TBC yang dapat diobati sehingga penularan TBC di masyarakat dapat ditekan serendah mungkin.

“Oleh karena itu, peran Bapak/Ibu sekalian sangat penting dalam mengupayakan agar semua kasus TBC yang ditemukan dapat diobati sesuai standar dan dilaporkan melalui Sistem Informasi Tuberkulosis atau SITB,” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS saat membuka Lokakarya Coaching Tuberkulosis secara daring.

Lebih lanjut Dirjen Maxi mengatakan dalam rangka mempercepat pencapaian Eliminasi TBC, Pemerintah bersama masyarakat telah meningkatkan mutu, cakupan dan jangkauan upaya pencegahan, penemuan kasus baik secara aktif dan pasif, diagnosis, serta terapi pengobatan dan pencegahan.  Upaya ini tetap ditingkatkan dari waktu ke waktu agar target eliminasi TBC dapat dicapai sebelum tahun 2030.

Percepatan pencapaian eliminasi TBC juga diperkuat dengan Transformasi Sistem Kesehatan. Dengan transformasi sistem kesehatan ini maka dilaksanakan : 1) Perluasan kegiatan penemuan kasus TBC secara aktif dan pasif; 2) Ekspansi penempatan alat Tes Cepat Molekuler agar  akses masyarakat pada layanan TBC meningkat dan  diagnosis TBC dapat lebih cepat; 3) Perluasan dan peningkatan cakupan layanan terapi pencegahan TBC pada kontak pasien TBC;  4) Penyediaan logistik TBC dalam jumlah yang mencukupi dan berkesinambungan; 5) Peningkatan kapasitas dan kompetensi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan TBC; 6) Simplifikasi dan digitalisasi sistem informasi TBC  yang terintegrasi dengan sistem informasi kesehatan lainnya; 7) Penerbitan SE Wajib Lapor program TBC bagi seluruh fasyankes. Diikuti dengan adanya mekanisme reward berupa pemberian SKP dari Organisasi Profesi bagi tenaga kesehatan dalam layanan TBC; 8) TBC menjadi salah satu komponen penilaian dalam proses akreditasi fasyankes baik FKTP dan FKRTL; 9) Meningkatnya keterlibatan, kontribusi, komitmen seluruh sektor dan lapisan masyarakat dalam memobilisasi sumber daya dan dukungan kebijakan; serta 10) Pengembangan sistem pengampuan rumah sakit dan stratifikasi layanan TBC sebagai upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat pada layanan TBC yang sesuai standar.

“Untuk itu, saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas peran dan dukungan seluruh jajaran rumah sakit swasta dalam Penanggulangan TBC di Indonesia,” ujar Dirjen Maxi.

Coaching TB merupakan kegiatan berupa pendampingan tenaga kesehatan dalam program tuberkulosis untuk mendorong mewujudkan layanan TBC yang berkualitas dan terstandar di jaringan Rumah Sakit Siloam. Dalam proses Coaching TB, ada seorang pendamping yang disebut Coach, serta orang yang didampingi yang disebut Coachee. Dengan adanya kegiatan Lokakarya Coaching TB, diharapkan jaringan Rumah Sakit Siloam dapat memiliki tim Coach internal yang nantinya dapat melakukan kegiatan Coaching kepada Coachee di jaringan Rumah Sakit Siloam.

Dirjen Maxi diakhir sambutannya mengatakan tenaga kesehatan merupakan garda terdepan dalam pencegahan dan penanggulangan TBC. Untuk itu, Coach TB diharapkan dapat menjadi problem solver, mentor klinis dan motivator yang memberikan arahan serta memberikan informasi atau pengetahuan terbaru terkait tata laksana program tuberkulosis untuk tenaga kesehatan maupun rekan sejawat lainnya.(Adt)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content