(Jumat, 03/01) 31 Januari sampai dengan 4 Februari lalu, telah dilaksanakan pertemuan nasional program untuk koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan di tingkat pusat dan daerah dalam rangka evaluasi capaian indikator program HIV PIMS, TBC dan Malaria tahun 2022 serta percepatan peningkatan capaian indikator program program HIV PIMS, TBC dan Malaria tahun 2023.
Hingga saat ini, Indonesia terus mengupayakan target pencapaian pengendalian hingga tahun 2024 dan eliminasi hingga tahun 2030 untuk penyakit HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria. Dalam program HIV AIDS berdasarkan pengamatan data tahun 2018-2022 upaya pencegahan penularan HIV, khususnya pada perempuan, anak, dan remaja belum optimal. Sebagian besar kasus HIV berada di kelompok umur 25 hingga 29 tahun dengan perkiraan jumlah kasus HIV baru di Indonesia yang mencapai 30.000 per tahun. Menurut laporan WHO dalam Global TB Report tahun 2022, saat ini Indonesia berada di peringkat kedua dunia sebagai penyumbang penderita TBC terbanyak setelah India, dengan estimasi insiden sebesar 969.000 kasus atau 354 per 100.000 penduduk dan mortalitas 144.000 atau 52 per 100.000 penduduk. Data global Malaria, menurut laporan WHO dalam World Malaria Report Tahun 2022 terdapat 247 juta kasus malaria di dunia dengan 79 % kasus tercatat di India.
Data tahun 2022 untuk HIV/AIDS menunjukkan capaian target 95-95-95 untuk mengakhiri epidemi HIV tahun 2030 belum tercapai. Target indikator 95% orang dengan HIV (ODHIV) untuk mengetahui status HIV-nya baru terwujud 76%, sementara target kedua 95% ODHIV diobati, dan target ketiga 95% ODHIV yang diobati mengalami supresi virus masing-masing baru 41% dan 16%. Kemudian data tahun 2022 untuk tuberkulosis menunjukkan bahwa capaian cakupan penemuan kasus TBC (treatment coverage) adalah sebesar 71% dari target 90% dan capaian angka keberhasilan pengobatan (treatment success rate) sebesar 84% dari target 90%. Serta data berdasarkan laporan SISMAL untuk malaria menunjukkan Provinsi Papua berkontribusi menyumbang kasus positif 356.889 (90%) dari 400.253 seluruh kasus positif di Indonesia pada tahun 2022.
Pada pembukaan kegiatan ini, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengajak seluruh jajaran kementerian/lembaga terkait untuk melakukan upaya intensif guna menghadirkan intervensi-intervensi baru dalam: (1) Mempercepat penurunan beban penyakit AIDS, TBC dan Malaria di Indonesia, (2) Memperkuat pelaksanaan surveilans, dan (3) Memperluas digitalisasi manajemen sistem informasi kesehatan kita agar diperoleh data yang akurat, valid, reliable, dan real time.
“Kita berharap agar ketergantungan kita pada bantuan internasional akan semakin berkurang, Upaya untuk mempersiapkan exit strategy guna mengantisipasi berakhirnya bantuan internasional harus kita lakukan. Sebab situasi perekonomian dunia yang tidak kondusif, seperti banyak diramalkan para ahli ekonomi dunia dan diberitakan di media, harus kita antisipasi dan waspadai dengan sebaik-baiknya” harap Bapak Dirjen Maxi.
Demikian disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Menular (P2PM) Ditjen P2P Kemenkes RI dr. Imran Pambudi, M.P.H.M dalam sambutannya saat menutup Pertemuan Nasional Program HIV PIMS, Tuberkulosis, dan Malaria Tahun 2023, pada (3/1) yang diselenggarakan di The Sultan Hotel & Residence Jakarta. Lanjut Direktur Imran mengatakan untuk Program TBC sendiri terdapat peningkatan penemuan kasus TBC sebesar 74% dari 969.000 estimasi insiden TBC setelah masa pandemic Covid-19 bahkan dibandingkan dengan penemuan kasus TBC tahun 2019.
Selain itu, perlu adanya peningkatan pencapaian tes viral load menjadi 70% dari ODHIV on ARV, peningkatan skrining TBC pada semua ODHIV diikuti dengan pemberian pencegahan TBC pada ODHIV, pelibatan multisektoral baik lintas program, sektor dan komunitas, komitmen daerah dalam penyerapan dan pelaksanaan dana Hibah GF Komponen AIDS Tahun 2023 sebesar 90% dari alokasi dana, dan penguatan integrasi program malaria dan gizi KIA dalam upaya pencegahan penularan pada ibu hamil ke bayi (PPIA).
Lalu, untuk program Tuberkulosis perlu meningkatkan penemuan kasus TBC (16.700 kasus per minggu) untuk mencapai 90% target penemuan kasus tahun 2023 serta mengoptimalkan penggunaan SITB di seluruh fasyankes seiring dengan peningkatan konektivitas SITB dengan aplikasi lainnya.
Kemudian melakukan investigasi kontak pada kontak serumah dan kontak erat serta skrining TBC pada populasi berisiko sebagai upaya perluasan penemuan kasus TBC, perluasan cakupan pemberian TPT pada seluruh kelompok sasaran TPT, menyepakati target penemuan kasus TBC 2023 di kabupaten/kota dan fasyankes, mempererat kerjasama dengan mitra pemerintah dalam upaya mengatasi permasalahan TBC khususnya komunitas dan organisasi profesi, menjamin ketersediaan obat dan logistik secara berkelanjutan baik logistik OAT maupun Non-OAT, percepatan pelaksanaan dan penyerapan anggaran kegiatan bersumber dana The Global Fund Komponen TBC. Selain itu, tema global dari Hari Tuberkulosis Sedunia tahun ini adalah “Yes! We can End TB”. Hal ini dapat digunakan untuk kampanye yang lebih efektif dengan menggunakan cara-cara baru yang lebih segar.
“Saya berharap melalui pertemuan ini dapat memperkuat kekompakkan di tingkat pusat dan daerah juga mitra pembangun, dan menjadikan hasil evaluasi, analisis masalah, dan identifikasi tantangan program sebagai bahan perbaikan program, serta pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pertemuan nasional ini dapat semakin memperkuat sikap mental, kerja sama, dan kompetensi guna mempercepat pencapaian target nasional program HIV PIMS, Tuberkulosis, dan Malaria,” disampaikan oleh Bapak Direktur Imran diakhir sambutan penutupannya.
Penulis: Windy Oktavina, Dinda Anisa Rakhmawulan, Farah Alphi Nabila